Kabupaten Nganjuk sebuah kabupaten di Provinsi jawa timur,indonesia dengan ibukotanya di Nganjuk. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten bojonegoro di utara, Kabupaten Jombang di timur,Kabupaten Kediri dan Kabupaten Ponorogo di selatan, serta Kabuoaten Madiun di barat. Nganjuk juga dikenal dengan julukan Kota Angin lo para pembaca sekalian.. oke,itu sekilas tentang letak kota nganjuk.
Selanjutnya saya akan memperkenalkan beberapa macam kebudayaan Kabupaten Nganjuk:
WAYANG TIMPLONG
Dalam setiap acara bersih desa, wayang timplong selalu disyaratkan untuk digelar. Konon kekuatan gaib yang dimiliki wayang ini mampu menetralisir berbagai energi negatif yang menyelimuti desa tersebut. Sambil sesekali membenahi lipatan sarung yang dikenakannya, Ki Gondo Maelan terus menata wayang-wayang yang baru dibersihkannya. Di saat sedang sepi tanggapan seperti sekarang ini, memang tidak ada kegiatan lain yang dilakukan oleh pria 73 tahun ini selain membersihkan wayang-wayang koleksinya. Sebab dia menyadari bahwa dari benda inilah, dirinya selama ini bisa memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Sehingga sudah sewajarnyalah kalau dirinya dengan setia merawat benda-benda ini.
Ya, Ki Gondo Maelan memang seorang dalang, yang senantiasa menghabiskan masa hidupnya untuk memainkan seni warisan leluhur itu. Namun tidak seperti halnya para dalang yang lain, tawaran untuk pagelaran wayang yang dimainkannya relatif lebih sedikit. Sebab tidak semua orang kenal dengan jenis wayang yang diciptakan leluhurnya itu. Wayang timplong demikianlah nama wayang yang diyakini hanya ada di wilayah Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur itu. Berbeda dengan wayang kulit, wayang timplong terbu- at dari kayu, sehingga bentuknya hampir mirip dengan wayang klitik.
NASI BECEK
Nasi becek ini adalah makanan yang mirip dengan kare kambing. Isi dari
sego becek ini hampir sama dengan soto babat, kalo nasi becek ini telah
diberi potongan sate kambing yang telah dilucuti dari tusuk satenya.
makanan ini mempunyai rasa yang mirip dengan mayoritas makanan sejenis
yang berkembang di daerah Solo, Jawa Tengah. yaitu manis dan tidak asin,
berbeda dengan umumnya hidangan utama ala Jawa Timuran yang cenderung
asin.
MONGDHE "seni tradisional khas Kabupaten Nganjuk"
Pada tahun 1827 tibalah mereka di daerah Alas Malang Desa Babadan Kec. Patianrowo Kab. Nganjuk dan akhirnya menetap disana sebagai petani biasa.
Setahun kemudian di akhir tahun 1828 datanglah kelompok kesenian yang ke 2 yang masih saudara Kasan Tarwi yang mengabarkan bahwa pasukan Diponegoro semakin terdesak dan terjepit oleh penjajah Belanda. Hal ini pula yang memantabkan Kasan Tarwi dkk untuk menetap di Alas Malang.
Meski hidup sebagai petani mereka tetap memainkan MONGDHE untuk memata matai Belanda. Setahun sekali setiap Grebeg Suro mereka mengadakan pementasan di Alun alun Yogyakarta atas perintah Sri Sultan Hamengkubuwono. Demikian juga ketika ulang tahun Ratu Wihelmina (ratu Belanda) mereka juga mengadakan pementasan di alun-alun Nganjuk.Waktu itu keberadaan mereka sangat di hargai oleh pemerintah merekapun dibebaskan dari kegiatan gugur gunung, ngeting dsb. Dari Alas Malang ini akhirnya terus berkembang grup-grup baru di dusun Tremas-Ds. Babadan, Desa Ngepung Kec Patianrowo dan desa Garu Kec. Baron.
Sebagai sebuah tontonan biasanya mereka mengadakan pementasan pada acara pernikahan, kitanan dan nyadran. Pada umumnya mereka berbentuk arak-arakan.
Tema Tari Mongdhe
Tari Mongdhe bertemakan kepahlawanan atau patriotisme menggambarkan prajurit yang sedang berlatih perang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar